Demokrasi yang kita bangun haruslah menjauhkan diri dari tirani kekuasaan dan golongan kuat, serta bentuk-bentuk pemaksaan kehendak yang justru merusak rasa keadilan.

Internasional

Keberagaman dan Ekonomi Pancasila, Pilar Persatuan dalam Menangkal Radikalisme.

Tiranitotalitas, Jakarta – Indonesia adalah bangsa yang besar, dibangun atas landasan Pancasila yang menjunjung tinggi keberagaman dan persatuan. Namun, ancaman propaganda Islam kaffah dari kelompok eks-HTI menjadi tantangan serius bagi keutuhan bangsa ini. Kelompok tersebut menyebarkan narasi melalui media seperti buletin Kaffah bahwa hanya sistem khilafah yang mampu membawa keadilan dan kemakmuran, bahkan menyalahkan pemerintahan Prabowo-Gibran atas kondisi ekonomi bangsa. Padahal, sejarah membuktikan bahwa sistem khilafah tidak kebal dari korupsi, konflik internal, dan ketimpangan sosial. Narasi ini tidak hanya menyesatkan, tetapi juga melemahkan nilai-nilai demokrasi yang telah menjadi pijakan bangsa Indonesia.

Strategi dakwah yang digunakan oleh kelompok eks-HTI sangat halus dan terselubung. Mereka memanfaatkan kajian keagamaan seperti fiqih, akhlak, dan siroh nabawiyah untuk menarik perhatian masyarakat. Pendekatan ini terlihat religius, tetapi sebenarnya menyembunyikan agenda politik yang bertentangan dengan konstitusi. Dakwah sejati adalah yang menguatkan iman tanpa mencampurkan ideologi politik yang merusak. Jika dibiarkan, strategi ini berpotensi mengikis harmoni sosial dan keberagaman yang telah lama menjadi identitas bangsa Indonesia.

Kelompok eks-HTI juga mencoba menggiring opini publik dengan menyalahkan sistem kapitalisme sebagai akar dari seluruh permasalahan bangsa. Mereka menyederhanakan persoalan tanpa memahami realitas bahwa Indonesia tidak menganut kapitalisme murni, melainkan sistem ekonomi Pancasila yang menyeimbangkan keadilan sosial dan pertumbuhan ekonomi. Solusi atas tantangan bangsa bukanlah mengganti sistem pemerintahan, tetapi melalui kerja keras, inovasi, dan penguatan sinergi antara pemerintah dan rakyat. Menjanjikan khilafah sebagai solusi tunggal hanya menciptakan ilusi dan memecah fokus masyarakat.

Lebih jauh lagi, kelompok ini menggunakan media sosial seperti Telegram dan Instagram untuk menyebarkan propaganda yang memanfaatkan emosi keagamaan umat Islam. Narasi seperti dalam buletin “Rajab Momentum untuk Mengembalikan Kemuliaan Umat” adalah bentuk manipulasi untuk menanamkan ide bahwa kejayaan Islam hanya bisa dicapai melalui khilafah. Propaganda ini tidak hanya menyesatkan, tetapi juga mengancam persatuan umat Islam itu sendiri. Kemuliaan Islam tidak bergantung pada sistem politik tertentu, melainkan pada kontribusi nyata umatnya dalam membangun masyarakat yang adil dan sejahtera.

Upaya kelompok eks-HTI untuk menyuarakan khilafah global adalah ancaman langsung terhadap kedaulatan Indonesia. Pemerintah dengan tegas telah melarang organisasi ini karena bertentangan dengan Pancasila, tetapi mereka tetap menyebarkan ideologinya dengan cara yang lebih halus. Propaganda ini tidak hanya mengancam legitimasi pemerintah, tetapi juga berpotensi memecah belah masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan upaya kolektif dari semua elemen bangsa untuk menangkalnya.

Gerakan melawan propaganda Islam kaffah harus menjadi prioritas untuk menjaga persatuan bangsa. Edukasi kepada masyarakat sangat penting untuk menyadarkan mereka tentang bahaya paham radikal yang menyusup melalui kedok agama. Pemerintah, tokoh agama, dan akademisi harus bersatu menyebarkan narasi positif tentang keberagaman dan keadilan dalam Pancasila. Media sosial juga perlu dimanfaatkan secara maksimal untuk memperkuat wawasan kebangsaan dan menyebarkan pesan persatuan. Dengan semangat gotong royong dan komitmen bersama, Indonesia mampu menghadapi tantangan ini dan memastikan nilai-nilai kebhinekaan tetap menjadi identitas bangsa.

2,757 komentar pada “Keberagaman dan Ekonomi Pancasila, Pilar Persatuan dalam Menangkal Radikalisme.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *